Teman Bahagia (Lanjutan)



Seminggu berlalu, Adit masih belum mempunyai nyali untuk menceritakan rencana pembatalan pernikahannya. Sebagai anak tunggal, pernikahan Adit adalah suatu momen spesial yang diharapkan kedua orangtuanya, terutama mama Adit.

"Hai, Sayang! Mama lihat, beberapa hari terakhir ini, wajahmu muram. Ada apa, Nak?" suara merdu Mama mengagetkan Adit yang sedang duduk termenung di teras rumah.
 "Biasa, Ma. Ada sedikit masalah di kantor," elak Adit.

"Oh, begitu. Bagaimana kabar, Sabrina? Sudah lama Mama tidak melihatnya berkunjung ke rumah." Pertanyaan Mama membuat Adit salah tingkah. Butuh waktu untuk menjawab pertanyaan itu.

 "Dit! Kok diam saja. Kamu dan Sabrina baik-baik saja, kan?" Mama memandang Adit dengan penuh selidik.

"Ma, Adit mau cerita sesuatu tentang Sabrina." Pelan-pelan Adit menjelaskan kronologi kejadian yang dia alami seminggu yang lalu. Dia berharap, mama bisa mengerti dan ikhlas menerima kenyataan bahwa anak lelakinya batal menikah.

"Apa, kalian membatalkan pernikahan! Tidak, itu tidak boleh terjadi. Apa kata keluarga besar kita, Dit? ini benar-benar memalukan." 

"Lebih memalukan lagi jika ternyata nanti ada perceraian, Ma. Adit bersyukur mengetahui kejelekan Sabrina sebelum rencana pernikahan terjadi. Mungkin, itiulah yang terbaik buat Adit," ucap Adit menenangkan mamanya.

Mama sangat kecewa mendengar cerita Adit. Bagi mama, Sabrina adalah calon menantu yang sempurna. Selain cantik, sikapnya selalu ceria, sopan, dan bersahaja. Sulit menerima kenyataan yang begitu berbanding terbalik, sakit jantung mama kumat. Berita buruk itu membuat mama harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu.

Setahun berlalu, sejak kejadian itu Adit masih trauma dekat dengan seorang wanita. Selama ini, dia hanya fokus bekerja dan menikmati kesendiriannya. Hingga suatu hari dia mendengar lantunan ayat suci Al-quran dari ruang sebelah. Ruang yang hanya terpisah oleh papan kalsiboard, tidak mampu meredam suara merdu dari seorang wanita. Semakin lama, suara itu terdengar tidak asing di telinganya. Ya ... suara seorang wanita yang dahulu pernah membuat seorang playboy kampus jatuh cinta.

***




Hai, Dears!
Sesuai permintaan, hari ini saya rela begadang demi memenuhi permintaan kalian, lho!
Demi apa coba? Apalagi kalau bukan demi  buku keren yang satu ini.
Cerita di atas, adalah salah satu cerita yang ada di dalam buku ke enam saya.
Alhamdulillah, bulan september ini, 2 buku saya terbit hampir bebarengan. Berasa melahirkan anak kembar, nih. Salah satunya adalah buku'The Destiny', kisah tentang takdir cinta. Sebuah buku berisi kumpulan cerita yang begitu menyentuh dan sayang untuk dilewatkan.

Berminat? Mumpung masih PO, monggo tinggalkan jejak di WA (08563300047)











Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan