Mengatasi Mati Gaya Saat Menulis




Bergabung dalam komunitas ODOP (One Day One Post) merupakan salah satu cara untuk mempertahankan konsistensi menulis. Setiap hari, kita harus menulis sesuatu di blog pribadi. Bagi anggota yang tidak menulis selama tiga hari, sanksi dikeluarkan dari grup siap menanti. Hal ini tentunya merupakan suatu tantangan tersendiri bagi anggota komunitas. Mereka dituntut untuk selalu berpikir keras menemukan ide tulisan yang harus di-posting setiap hari. Seperti yang kita tahu, menulis adalah kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Lantas, bagaimana jika kreativitas itu mampat? Yang pasti, kita tidak akan bisa menulis. Beberapa anggota ODOP sering mengeluhkan hal ini, termasuk saya sendiri hehehe.... Sabar ya bro/sist, kalian tidak sendiri, kok. Ada aku yang juga merasakan hal yang sama, mati gaya saat menulis.

Mengalami ide/kreativitas mampet yang dalam bahasa keren adalah writer's block ini bukan berarti kamu adalah penulis yang buruk. Penulis-penulis best seller  pun mengalaminya, mau tahu? Sini aku bisikin. Kalian pernah lihat serial Harry Potter, kan? J.K Rowling sang penulis Harry Potter juga pernah mengalami writer's block  saat mengarang buku Harry Potter and the Chambers of Secret, lo!  Alasannya karena ia takut buku ke dua itu tidak sesukses buku pertamanya. Hm ... alasan yang masuk akal bagi seorang penulis yang saat itu baru di posisi puncak. Sebenarnya banyak faktor penyebab writer's block ini, baik faktor internal maupun eksternal di antaranya:

  • Tak ada inspirasi. Kamu tidak tahu apa yang harus kamu tulis.
  • Keragu-raguan. Kamu tahu apa yang ingin kamu tulis, tapi bingung bagaimana cara menyampaikannya.
  • Perfeksionisme. Kamu terlalu khawatir akan kualitas tulisanmu, sehingga terus-menerus merevisi tanpa menulis hal baru.
  • Opini orang. Kamu takut para pembaca akan mengkritisi karyamu, atau tidak menyukainya.
  • Performa. Meski kamu merasa ide tulisanmu bagus, kamu takut ide tersebut tidak bisa menghasilkan uang.
Dua psikolog asal Yale University, Jerome Singer dan Michael Barrios, berkata bahwa orang yang pikirannya “terblokir” hanya bisa menciptakan gambaran mental yang positif dan konstruktif dalam level rendah. Mereka kurang bisa berimajinasi, jarang berangan-angan, bahkan jarang bermimpi.Terlepas dari penyebabnya, “pengidap” writer’s block biasanya memiliki beberapa ciri-ciri umum. Mereka merasa kurang termotivasi, kurang ambisius, dan yang paling parah, merasa tidak menikmati menulis. Ini semua berakibat hilangnya kreativitas. Jadi bila kamu mulai merasakan gejala-gejala tersebut, mungkin kamu tengah mengalami writer’s block.

Writer’s block adalah musuh produktivitas. Karena itu, bila mengalaminya, kamu harus berusaha melawan. Ada berbagai cara untuk melawan writer’s block, beberapa contohnya di bawah ini :
Freewriting (menulis bebas)
Ini cara yang cukup banyak direkomendasikan oleh sesama penulis, juga merupakan cara yang saya sendiri sukai. Bila kamu merasa kesulitan menulis sebuah cerita, tinggalkan cerita itu dan pergilah menulis hal lain untuk sementara.
Lupakan kualitas. Lupakan tanda baca, EYD, dan segala aturan lainnya. Tulis apa saja yang kamu pikirkan, agar imajinasimu kembali segar. Dengan menulis sebebas-bebasnya, kamu akan kembali merasakan kesenangan dalam menulis.
Membuat kerangka (outline)
Memikul sebuah ide besar bisa membuat otakmu lelah. Lebih baik kamu memecahnya menjadi potongan-potongan kecil, dan mengembangkannya dari sana. Selain membuat topik itu lebih mudah diproses, kamu sekaligus juga membuat referensi agar isi tulisanmu konsisten.
Membaca buku
Ya, tulisan orang lain adalah sumber inspirasi yang berharga. Bila kamu bingung tentang apa yang harus kamu tulis, kamu bisa membaca buku dengan topik serupa. Tapi ingat, mengambil inspirasi tidak sama dengan menyontek.

Hilangkan gangguan

Tutup browser internetmu. Matikan smartphone. Pergi ke tempat yang jauh dari keramaian. Meski kecil, gangguan-gangguan yang menumpuk dalam jumlah banyak dapat mengganggu konsentrasimu.

Masih banyak lagi cara-cara yang bisa kamu gunakan untuk melawan writer’s block, tapi semua cara ini akhirnya akan berujung pada satu hal: tetap menulis. Writer’s block tidak akan hilang bila kamu hanya diam dan menunggu inspirasi. Kamu harus terus menulis, meski itu sesuatu yang tidak nyambung, tidak bagus, dan tidak layak jual.

Mungkin terus menulis ketika idemu mampat akan membuatmu merasa kurang percaya diri. Tapi sesungguhnya, menulis sesuatu yang jelek itu jauh lebih baik daripada tidak menulis sama sekali. Lagi pula bila tulisanmu jelek, kamu tinggal melakukan revisi nantinya. Jadi jangan takut menulis.

Writer’s block bukan sesuatu yang perlu ditakuti. Setiap penulis, mulai dari yang sudah best-seller sampai yang baru belajar, bisa mengalaminya. Perbedaannya, penulis profesional akan berjuang mengalahkannya, sementara penulis amatir hanya bisa diam tak berdaya. 
Bagaimana denganmu? Apakah kamu siap menjadi penulis profesional?


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan