Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 2)
"Jadi,
obat yang kuberikan padamu itu tidak membawa hasil?" tanya Vida sambil
menghabiskan makan siangnya di kantin kantor.
Aku
menggeleng. Vida, menghela napas panjang.
"Kamu
lihat sendiri, Vid, badanku malah makin gembrot!" kataku senewen.
"Apalagi, yang harus kulakukan? Puasa sering, menjahui makanan berkalori
tinggi, sudah. Minum obat pelangsing, diet, senam..., apa lagi, Vid?"
Vida
diam, mengaduk-aduk jus alpukat di hadapannya dan menghirupnya dalam-dalam.
"Kalau
begini caranya, mungkin memang pantas Mas Hendra berselingkuh atau punya istri
lagi...." Ujarku lirih, "kami sudah seperti angka sepuluh. Bagaimana
jika sudah punya anak nanti? belum punya anak saja, badan sudah melar."
Bening-bening di mataku pun tidak mampu kubendung lagi. "Dulu, saat tubuh
cekingku mulai berisi, kami berdua sangat gembira. Mas Hendra bilang, itu
tandanya aku bahagia hidup bersamanya, tapi sekarang ... aku enggak mengerti
mengapa bisa begini." Vida menatapku prihatin, "Sabar, Wid...."
Kuusap
air mataku, "aku ingin Mas Hendra jujur, tapi, jika tiba-tiba ia
menceritakan perselingkuhannya kepadaku...., lalu ... lalu ia memutuskan untuk
menceraikanku, sanggupkah aku?"
Vida
menggenggam tanganku. Sekelebat kulihat dendam di matanya. "Sampai kini,
aku pun tidak pernah mengerti, mengapa Bang Sat berselingkuh dan pergi begitu
saja dari kehidupanku," Kenang Vida kecewa.
Kami
berdua terpekur. Ah, lelaki. Begitu banyak misteri dan kepedihan yang mereka
ciptakan, bahkan tanpa memberi kesempatan kepada kita untuk mencoba
memahaminya!
***
Sore ini, sepulang
dari kantor, Mbok Min menyerahkan sebuah paket kecil kepadaku.
"Tukang paket
yang mengantar, Bu. Katanya dari Swiss."
"Dari Swiss?
Alis mataku terangkat. Hm ... siapa, ya?" Kuamati paket dengan kertas
berwarna coklat muda bermotif itu.
Special for Mas
Hendra, Jl.Kenanga blok Q-26, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Dadaku berdebar tidak
karuan, dengan perlahan dan hati-hati sekali, kubuka paket itu. Sebuah kotak
merah hati. Apakah isinya? Wow, sebuah Notebook Portfolio kulit
yang bagus sekali! Kubuka Notebook Portfolio itu dan kurasakan
debaran di dadaku kini menjadi luapan air dan badai. Kurang ajar! Ada fotonya
segala, ceroboh sekali! Apa perempuan genit ini tidak tahu kalau aku, istri Mas
Hendra sudah curiga sejak awal?
Kulihat ada kartu
kecil yang tergantung di tali kado, tanpa pikir panjang, kubuka kartu kecil itu.
Mas Hendra sayang,
terimakasih untuk segalanya.
Percayalah, aku akan
kembali.
Kita hadapi rintangan
itu bersama.
Jemput aku di bandara
Juanda,
20 September 2017,
pukul empat sore.
Love forever,
Miranda
Air mataku jatuh
membasahi Notebook Portfolio pemberian perempuan genit
berwajah Tatjana Saphira, salah satu pemeran film Ayat-Ayat Cinta 2.
Kubungkus kembali paket itu. Badanku tiba-tiba lemas. Akukah perempuan
gemuk ini yang menjadi rintangan kalian? Batinku.
"Loh, piye?
Kok nangis toh, Nya?"
Aku tersentak. Mbok
Min meletakkan segelas air jeruk lemon di hadapanku.
"Mbok, mau
menolong saya, kan?" tanyaku masih dengan berurai air mata.
Mbok Min mengangguk
cepat.
"Jangan cerita
apa-apa tentang paket ini sama bapak, ya," ucapku lirih.
"Inggih,
Nya." Jawabnya mantab.
Aku menangis lagi
diiringi tatapan heran Mbok Min.
------Bersambung------
#Tantanganodop3
#onedayonepost
#ODOPbatch6
#fiksi
#Tenangbukanpromosibuku
^_^
Komentar
Posting Komentar