Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah




Sering kali wanita berumah tangga dihadapkan pada pilihan meneruskan karir atau menjadi ibu rumah tangga. Apapun pilihan yang diambil, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan para bunda dengan mendalam.

Biasanya beberapa alasan yang menyebabkan wanita menjadi wanita karir, diantaranya adalah penghasilan suami yang belum memadai, sehingga perlu bekerja untuk menstabilkan keuangan keluarga. Atau karena berpendidikan tinggi, sehingga bekerja selain sebagai aktualisasi diri juga agar memiliki kebebasan jika ingin melakukan sesuatu yang beresiko pada terganggunya masalah finansial. Ingin bisa lebih memberi bagi orang tua, tanpa merepotkan suami, atau membelikan sesuatu bagi keponakan, atau alasan lain seperti memberikan hadiah bagi diri sendiri (bahasa kerennya, shopping time, hohoho).

Bekerja bagi sebagian perempuan juga bisa diartikan untuk menambah wawasan, menambah pengalaman. Dengan bekerja, kita bisa bertemu dengan banyak orang dengan berbagai tipe karakternya, kesempatan belajar pun juga lebih banyak. Selain itu, bekerja juga dapat memberi nilai tambah di mata keluarga. Dan tidak sedikit pula yang memilih menjadi wanita karir untuk menghindari kejenuhan dan suasana di rumah yang itu-itu saja.

Di mata sebagian ibu rumah tangga, ibu yang berkarir dianggap lebih beruntung. Padahal wanita karir memiliki tantangan yang lebih berat. Mereka dituntut untuk bekerja seprofesional mungkin tanpa mengabaikan kepentingan keluarga. Bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, memandikan anak-anak, mengantar ke sekolah lalu kemudian baru berangkat bekerja. Di kantor, tugas berjibun menyambutnya dengan riang. Setelah pulang kerja, mereka juga masih harus mengerjakan tugas rumah tangga. Kualitas pertemuan dengan anak-anak dan suami pun terbatas, sering kali dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki.

Tapi alasan sebagaian wanita yang memilih menjadi ibu rumah tangga pun tidak kalah menariknya. Mereka memilih tinggal di rumah selain karena ideologis, juga karena ingin meluangkan waktu sebaik mungkin dalam mengurus keluarga. Mereka memilih lebih memfokuskan kondisi tubuh dan pikiran hanya untuk keluarga.

Ada juga yang memilih menjadi ibu rumah tangga karena tidak suka diatur-atur oleh orang lain, atasan misalnya. Atau kemungkinan suami tidak mengijinkan bekerja. Namun intinya, menjadi ibu rumah tangga tidak perlu merasa rendah diri. Sebab hal yang tidak bisa dinilai dengan apapun adalah jika kita bisa memberi perhatian pada anak sehingga anak tumbuh dan berkembang dengan baik, serta tujuan membentuk keluarga yang sakinah dapat tercapai.

Karir yang melesat dengan cepat, penghasilan besar dan kedudukan tinggi menjadi ukuran yang bersifat artifisial jika kita gagal memberi pengaruh baik pada anak atau keluarga. Tentang perasaan iri kepada ibu yang bekerja, jangan salah, tidak sedikit dari mereka yang justru sangat ingin menjadi ibu rumah tangga full time di rumah, sehinga bisa lebih sering menemani anak-anak.

Dengan perkembangan teknologi yang kian maju, jika tetap mau bekerja bahkan mengembangkan karir, atau mengaktualisasikan diri dan memberi kontribusi sosial, sebenarnya bisa dilakukan di rumah. Dan semua itu dapat dilakukan tanpa mengorbankan anak dan kepentingan anggota keluarga lainnya. Seperti misalnya, menjadi seorang penulis, editor, trainer online, atau mengembangkan toko online, itu semua bisa dilakukan di rumah.

Bagi ibu rumah tangga full time, beberapa hal yang bisa dilakukan agar menjadi ibu rumah tangga yang bahagia nan cerdas adalah banyak membaca, bergabung dengan komunitas online dan menyerap ilmu pengetahuan dari berbagai semuber. Dengan begitu kita akan selalu berfikir kreatif dan bisa mengembangkan hobi baru yang inovatif dan menghasilkan uang.

Jangan lupa untuk selalu mensyukuri apa yang ada. Percaya bahwa Allah sudah memberikan karunia yang terbaik, maka tugas kita untuk menjaganya sebaik mungkin. Hindari membanding-bandingkan diri, anak-anak atau kondisi dan pekerjaan suami dengan keluarga lain. Sebab yang baik dan bagus bagi orang lain, belum tentu bagus dan cocok untuk diri kita.







Komentar

  1. saya ibu rumah tangga yang bekerja, Mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha... 5 thn sya mendua jd ibu rumah tangga yg bekerja, sama seperti anda. Awal januari 2018, saya putuskan jd ibu rumah tangga full time. Anak sudah mulai sekolah 😊

      Hapus
  2. Tulisan yang bagus dan luar biasa mbak Titis, selamat berkarya Ibu Rumah Tangga..
    Gaji Suami+Gaji Istri=100%
    Gaji Suami+Istri Salahehah= tak terhingga%

    BalasHapus
  3. Salam kenal, saya juga ibu rumah tangga yang bekerja di ranah publik :D

    BalasHapus
  4. Pada dasarnya semua ibu adalah ibu bekerja. Yang membedakan adalah ranahnya, mau ranah domestik atau ranah publik. Yang penting apapun ranahnya, semua ibu wajib jadi ibu yang bahagia.. :)

    BalasHapus
  5. MasyaAllah... Ladang pahala ya mbak.. Semoga selalu dimampukan berperan yg terbaik.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan