Menepis Keterbatasan Untuk Merajut Sebuah Impian (Lanjutan)


Angkie Yudistia (Foto : MyLifeMyRule)


             Meneruskan kisah Angkie di posting sebelumnya, setelah mendengar saran dari dokter, kesedihan kembali menggelayut di wajah cantiknya. Namun itu semua tidak berselang lama. Pantang menyerah, Angkie bersikeras untuk tetap meneruskan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi. Ia kemudian kuliah dan menyelesaikan studinya di jurusan periklanan di London School of  Public Relations (LSPR) Jakarta dan lulus dengan indek prestasi komulatif 3,5. Benar-benar prestai yang membanggakan dari seorang tunarungu.

Tekad yang kuat dan kemauan untuk terus menggali potensi diri, membuatnya tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri. Semasa kuliah, ia selalu aktif dalam berbagai kegiatan positif. Angkie tercatat sebagai finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat tahun 2008. Selain itu ia juga berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e dan berbagai prestasi lainnya.

Kecintaan Angkie di dunia pendidikan pun mengantarnya meraih gelar master setelah lulus dari bidang komunikasi pemasaran lewat program akselerasi di LSPR. Dunia komunikasi dan public speaking memang sudah menjadi passionnya. Prestasi akademik Angkie tidak diragukan lagi, namun hal itu belum bisa menjamin dia bisa dengan mudah memperoleh pekerjaan sesuai passionnya.

Seperti yang dikatakan orang, kejujuran itu mahal harganya. Angkie yang selalu terbuka dan menceritakan kondisi nya yang tuna rungu saat wawancara kerja membuatnya kembali menelan getirnya kehidupan. Berbulan-bulan dia melamar diberbagai perusahaan, selama itu pula ia ditolak hampir 20 perusahaan dengan alasan yang beragam, tapi intinya sama, mereka tidak menghargai kekurangan seseorang.  Kejam memang, apalagi ketika dia ditolak mentah-mentah oleh perusahaan yang dilamar ketika mengetahui bahwa Angkie tidak dapat menggunakan fasilitaas telephon. Namun tidak patah semangat, Angkie tetap berusaha dan terus berusaha. Ia selalu yakin bahwa suatu saat pasti ada salah satu perusahaan yang akan menerima dia bekerja. Penolakan yang selama ini diterima justru merupakan suatu motivasi yang melecut dalam dirinya, sampai datang seuatu kesempat untuknya bekerja sebagai humas dari suatu perusahaan multi nasional. Namun saat merasa sudah di titik ternyaman, Angkie harus menelan kenyataan pait, akhirnya dia di PHK. 

Setelah menerima surat PHK, Angkie kembali melamar ke suatu perusahaan. Kondisi nya sebagai seorang tuna rungu lagi-lagi membuatnya sulit diterima kerja. Suatu saat dia bertemu dengan dosennya, beliau menyarankan Angkie untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. Mendengar saran dari dosennya, Angkie ragu untuk memulai karena tidak memiliki latarbelakang pendidikan manajemen. Beruntung dia mempunyai banyak partner yang kapan saja bersedia untuk membantu merealisasikan saran dari dosennya.

Pengalaman Angkie menerima diskriminasi memotivasi dirinya untuk membuat Thisable Enterprise bersama rekannya. Perusahaan yang fokus pada misi sosial, khususnya untuk membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik alias difable seperti dirinya. Tujuannya adalah agar orang tidak lagi melakukan diskriminasi terhadap orang yang memiliki keterbatasan fisik. Selain itu Angkie juga aktif membantu Yayasan Tuna Rungu Sehjira, bersama para perempuan penyandang disabilitas lainnya, untuk berbagi pengalaman agar menerima keterbatasan dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki mereka. Memang benar semua itu tidak didapatkan dengan hanya memutar balik telapak tangan. Melainkan berkat kerja kerasnya secara sungguh-sungguh dan tetap mensyukuri apa yang telah diberikanNYA.

Selain mendirikan perusahaan dan aktif membantu Yayasan Tuna Rungu Sehijra, terinspirasi oleh Hellen Keller, seorang yang mempunyai double disabilitas yang juga menulis kisah pada sebuah buku untuk memberikan motivasi kepada penyandang disabilitas dan mengubah pandangan orang terhadap kaum difabel, Angkie juga menulis sebuah buku yang berjudul “Perempuan Tuna Rungu Menembus  Batas” setebal 115 halaman yang sukses diluncurkan pada bulan November 2011.

Buku ini sangat laris terjual dan membuat Angkie lebih banyak dikenal masyarakat luas. Kisah yang sangat inspiratif yang patut diketahui oleh masyarakat agar tidak lagi menyepelehkan seorang difable.  Seperti halnya sebuah kutipan dari Chappy Hakim yang terdapat dalam buku tersebut: "Jadilah kaum optimis yang bisa berubah menjadi kaum pemenang, Jangan jadi kaum pesimis yang berubah menjadi kaum pecundang."

             Setiap manusia diberikan masing-masing kelebihan dan kekurangan oleh sang Pencipta. Tapi bukan berarti kekurangan yang dimiliki menjadikan kita putus asa dalam menjalani kehidupan. Mengeluh bukan solusi yang tepat. Selalu optimis dan tetap berusaha adalah kunci kesuksesan yang sesungguhnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan