Tri Rismaharini, Walikota Wanita Pertama Di Indonesia






Surabaya, Surabaya, oh Surabaya
kota kenangan, kota kenangan
takkan terlupa...
Di sanalah, di sanalah, di Surabaya
pertama lah, tuk yang pertama
kami berjumpa...
Kuteringat masa yang telah lalu
s'ribu insan, s'ribu hari
berpadu satu...
Surabaya, di tahun empat lima
kami berjuang, kami berjuang
bertaruh nyawa...

Arek Suroboyo pasti sudah tak asing dengan lagu tersebut. Lagu perjuangan arek-arek Suroboyo merebut kemerdekaan. Selain terkenal sebagai kota pahlawan, Surabaya juga terkenal dengan kota yang bersih dan rapi. Selama beberapa kali, Surabaya berhasil memperoleh penghargaan Adipura Kencana. Prestasi yang berhasil diraih ini berkat dedikasi dan kerja keras seorang ibu yakni Ibu Tri Rismaharini.

Siapa yang tidak kenal dengan sosok wanita yang bijak dan tegas ini? Hampir semua masyarakat terutama warga Surabaya pasti tak asing mendengar namanya. Ia merupakan wanita pertama di Indonesia yang terpilih menjadi walikota dan berulang kali masuk daftar pemimpin terbaik dunia. Meskipun seorang wanita, namun ketegasannya dalam mengambil setiap keputusan patut diacungi jempol. Di bawah kepemimpinannya, Surabaya menjadi kota yang berkembang ke arah yang lebih baik. Tidak hanya pembenahan pada tatanan kota saja, namun perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik juga diperhitungkan.
Wanita yang biasa dipanggil Risma ini lahir di kota Kediri pada tanggal 20 November 1961 dari pasangan M Chuzuzaini dan Siti Muajitun. Sejak kecil, ia hidup sederhana. Sang ayah berkerja sebagai PNS di kantor pajak untuk mencukupi kehidupannya dan empat saudaranya yang lain. Keuletan dan kegigihan yang ditunjukan oleh sang ayah menjadi inspirasi bagi dirinya. Sebagai anak seorang PNS, tentunya Risma kecil hidup berpindah – pindah dari satu kota ke kota lain. Setelah lulus SD, dia harus mengikuti Ayahnya untuk pindah ke kota Surabaya. Inilah titik awal Risma kecil menanamkan kecintaannya pada kota pahlawan, Surabaya.

Meski mempunyai riwayat asma, Risma remaja bukanlah sosok yang gampang menyerah. Banyak prestasi yang di raihnya selain jago menari dia juga jago lari. Ketika mengenyam pendidikan di SMA 5, Risma mengikuti cabang olahraga lari. Terjun ke dunia olahraga ini dilakukan semata-mata untuk melawan penyakit asmanya. Namun ketekunannya berlatih lari membuatnya menjadi pelari andalan kota Surabaya. Setelah lulus dari SMA 5, Risma meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. S1 jurusan arsitek di ITS menjadi pilihannya setelah keinginannya untuk masuk di fakultas kedokteran di salah satu kota di Jawa Tengah ditentang orang tuanya. Kemudian setelah lulus, dia mengambil S2 manajemen pembangunan kota di kampus yang sama.

 Bu Risma mengawali karir nya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Tugas yang diemban tidak banyak jauh dengan kuliahnya. Pada usia 36 tahun, Bu Risma menjadi Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya. Setelah itu, dia  menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang serta Kepala Cabang Dinas Pertamanan. 

Kariernya terus meroket, Bu Risma pindah sebagai kepala Bagian Bina Bangunan, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, hingga menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Keberhasilan beliau membuat kota Surabaya menjadi kota yang lebih bersih, sejuk dan hijau membuat nya memiliki nilai lebih untuk dicalonkan menjadi Walikota. Namun sebenarnya Bu Risma enggan dicalonkan karena menurut beliau pertanggungjawabannya luar biasa berat di akhirat kelak. Namun setelah didesak oleh PDIP yang mengusungnya akhirnya Bu Risma bersedia dengan meluruskan niat bahwa menjadi Walikota adalah amanah dan jalan mencapai surga.
Mulai 28 September 2010 Bu Tri Rismaharini resmi mejabat sebagai Walikota Surabaya. Sejak saat itu sepak terjang Bu Risma semakin kelihatan. Yang paling menonjol adalah pengelolaan pertamanan Surabaya yang lebih baik lagi. Sebagai penggila taman, Bu risma berhasil menyulap Taman Bungkul yang awalnya tak pantas disebut taman menjadi taman yang indah dan menjadi tempat rekreasi gratis untuk warga Surabaya.

Taman Bungkul juga telah diakui dunia dengan diterimanya penghargaan sebagai taman terbesar se-Asia Tenggara. Selain taman Bungkul, taman –taman yang awalnya sudah tak terurus juga disulap oleh Bu Risma menjadi taman yang indah penyejuk kota Surabaya. Surabaya juga menjadi kota terbersih se Indonesia dengan menyabet gelar Piala Adipura empat kali berturut-turut dari tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Sebelumnya Surabaya selalu luput dari penghargaan Adipura ini sejak 2005.

Bu Risma juga ditetapkan sebagai nominasi Walikota terbaik di dunia pada tahun 2012 dengan penghargaan World Mayor Prize oleh The City Mayors Foundation. Prestasi Bu Risma lainnya adalah memangkas anggaran birokrasi yang berbelit, memberikan tunjangan kesehatan bagi warga yang kurang mampu serta menambah anggaran pendidikan sebesar 35 % dari APBD dimana prosentase ini lebih tinggi dari anggaran pendidikan nasional. Bu Risma juga merubah tempat-tempat lokalisasi menjadi tempat yang lebih berguna dan dipastikan tidak lagi menjadi lokalisasi karena telah disulap menjadi taman kanak-kanak.
                          
Bagi Bu Risma, pemimpin yang baik harus mengerti dan melayani apa kemauan warga. Selama menjadi walikota Surabaya, Bu Risma tidak hanya mengontrol dan menyuruh-nyuruh staff nya. Namun turun tangan langsung menghadapi masalah yang ada. Mulai pukul 05.30 dia memulai aktivitasnya sebagai pengemban tugas Negara. Dengan gayanya yang blusukan dia bahkan berani berkata “TIDAK” jika dianggap melenceng dari prosedur, seperti pembangunan di pasar tradisional. Dia melontarkan kata-kata pedas kepada investornya untuk tidak melanjutkan pembangunan karena dianggap menyalahi aturan.

Sebagai pengatur lalu lintas, perjalanan dari rumah menuju kantornya yang sudah diperkirakan olehnya, tapi, ketika terjadi kemacetan, beliau langsung menjadi polisi dadakan mengatur kendaraan agar kembali lancar.

Menjadi si baju kuning alias penyapu jalan. Di dalam mobilnya sudah tersedia alat pembersih jalan dan peralatan lain yang dianggap diperlukan.

Pemadam kebakaran dadakan. Pernah terjadi kebakaran, dia pun turut membantu petugas pemadam kebakaran untuk menyelesaikan tugas dengan cepat. Ibu lulusan ITS ini mengatakan bahwa bagaimana mempercepat selesainya suatu masalah dengan tindakan bukan dengan omongan dan pikiran yang memerlukan waktu yang panjang. Apa yang dilakukannya adalah amanah sebagai wali kota yang penuh tanggung jawab.

Sebagai pembela kebenaran. Menutup 4 lokalisasi di Surabaya memanglah tidak mudah bagi seorang Risma Triharini, Memang banyak yang menentang hal tersebut, karena dianggap memberikan beban baru pada PSK dan pengusahanya, namun bagi Ibu Risma tujuannya agar anak-anak Surabaya bisa jadi lebih baik, berprestasi dan tidak melihat siapa dirinya yang lalu. Bagi wali kota Surabaya, anak-anak harus lebih bisa menjadi sukses, karena kesuksesan itu dari diri sendiri bukan dari latar belakang siapa dia.

Semua aksi berani Bu Risma tersebut tak luput dari tokoh idolanya yaitu Umar Ibn Khattab. Nilai-nilai kepemimpinan Umar Ibn Khattab benar-benar diterapkan dalam mengemban amanah sebagai walikota Surabaya. Tak hanya sekedar menata kota dalam arti fisik namun juga menata kota menjadi dasar peradaban yang lebih baik yakni orang-orang yang ada di dalamnya.

Ibu Risma pantas dijadikan panutan oleh para aparatur negara lainnya. Memang beliau terkadang keras, tegas dan berani berkata disaat yang tepat. Tapi, hatinya dirundung duka karena impiannya yang ingin menjadikan kota Surabaya adalah kota terbaik seluruh dunia belum terwujudkan.

Gertakan, amarah, tangisannya adalah bentuk kepedulian serta rasa cintanya pada warga dan kota Surabaya. Emansipasi wanita abad-21, pembela kebenaran, jujur dalam mengemban tugas, berhasil menjadikannya pemimpin yang baik.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan