Sudah Siapkah Kamu Menjadi Seorang Penulis?





25 Agustus 2018, aku resmi menjadi anggota komunitas One Day One Post (ODOP) batch 6. Sebelum bergabung di komunitas ODOP batch 6, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah memposting tulisan kita dengan tema kenangan yang mengesankan. Tulisan yang diposting minimal berjumlah 300 kata. Awalnya, aku hanya iseng mendaftar, tapi Alhamdulillah, akhirnya aku diperkenankan untuk bergabung.  Jujur, aku tidak tahu pasti apa itu ODOP. Dari namanya, aku hanya menerka-nerka, jika aku bergabung, artinya aku harus siap menulis dan memposting artikel setiap hari dengan minimal jumlah kata sebanyak 300 kata.

Menulis memang menjadi hobiku, tapi untuk bisa konsisten setiap hari menulis masih belum bisa aku laksanakan. Untuk menulis, aku harus menunggu waktu luang di sela kesibukanku sebagai ibu rumah tangga. Saat itu, tujuanku ikut seleksi adalah untuk meningkatkan konsistensi menulis dan kualitas tulisan. Meski sebelumnya aku telah bergabung dengan beberapa komunitas penulis dan menghasilkan beberapa buku antologi bersama, aku merasa masih butuh suntikan untuk lebih konsisten menulis.

Kini, hampir dua minggu aku bergabung dalam komunitas ODOP Batch 6. Mulai dari penulis pemula hingga penulis yang sudah berpengalaman ada di komunitas ini. Saling mengingatkan, berbagi dan mendukung antar sesama penghuni komunitas membuat jalinan pertemanan semakin erat. Itu semua kami lakukan demi menghasilkan sebuah karya tulis yang bermanfaat dan bisa menginspirasi banyak orang.  Untuk menjadi seorang penulis, ada beberapa hal yang harus kita persiapkan, diantaranya :

NIAT YANG KUAT

Sama seperti kegiatan lainnya, untuk menulis pun butuh niat yang kuat. Apa sih tujuan kita menulis? Apakah hanya ingin beken? Pelepasan emosi? Berbagi kebaikan? Dan sebagainya.

Niat ini akan mempengaruhi warna tulisan kita. Jika menulis hanya untuk terkenal, bisa jadi kita hanya memikirkan bagaimana caranya tulisan kita laku. Tulisan kita dibaca banyak orang, pengikut nambah, dan mengabaikan isi cerita. Apakah membawa dampak baik atau buruk untuk pembaca, kita tidak peduli.

Namun, jika kita menulis untuk kebaikan, maka kita akan hati-hati dalam menulis. Jangan sampai tulisan kita mengajarkan keburukan, baik sengaja ataupun tidak.  Penulis yang bermoral akan menghasilkan karya bermoral. Ingat, apa yang kita tulis, walau hanya satu huruf akan dimintai pertanggungjawabannya. Jangan sampai tulisan kita menyebabkan dosa jariah tanpa kita sadari.

ILMU TENTANG KEPENULISAN

Pelajari dunia kepenulisan dengan baik, agar kita tidak tersesat. Pelajari kaidah-kaidah kepenulisan, bagaimana naskah yang baik, dan sebagainya. Dengan begitu, tulisan yang kita hasilkan akan baik pula. Jangan lelah untuk belajar.  Jangan merasa diri sudah ‘WOW’ atau tulisan kita sudah ‘CIHUY’ sehingga tidak mau belajar. Ingat, tak ada manusia yang sempurna, begitu pula tak ada naskah yang sempurna.

Belajar bisa dilakukan di mana saja dan dengan siapa saja. Baik dengan penulis lain maupun dengan pembaca. Jangan malu untuk belajar, meski pada penulis yang menurut kita masih 'hijau'.

BANYAK MEMBACA

Membaca adalah bagian tak terpisahkan dari menulis. Membaca dan menulis itu ibarat bernapas. Membaca itu menarik napas, menulis itu mengembuskan napas. Semakin banyak membaca, Insya Allah akan semakin lancar kita menulis.

Membaca tidak hanya sebatas membaca buku, atau media cetak saja. Membaca mempunyai arti yang luas. Membaca kehidupan di sekitar kita, menangkap inspirasi yang kita temui, mengasah empati dan kepekaan kita. Jadi, seperti juga ayat pertama yang diturunkan Allah, iqro. Bacalah. Maka bacalah semua hal. Agar wawasan kita bertambah dan kepekaan kita terasah.

KOMITMEN

Pertanyaan yang sering diajukan adalah: kapan nulisnya?
Sebagai ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih kecil-kecil, tentu bisa dibayangkan bagaimana sibuknya. Hanya, ketika aku mengikrarkan diri sebagai penulis, maka aku harus siap dengan konsekuensinya.

Di sinilah komitmen diperlukan. Aku berkomitmen dengan diri aku sendiri untuk menulis setiap hari. Aku membuat jadwal menulis dan target bulanan dan berusaha untuk menepatinya.

Bagaimana dengan urusan rumah tangga? Karena tugas utama aku adalah menjadi istri dan ibu, maka jadwal menulis aku setelah tugas utama selesai. Biasanya malam atau dini hari.


KESABARAN

Menulis itu bukan proses instant. Untuk menulis satu naskah saja, memerlukan waktu yang panjang. Mulai dari membuat draft, riset hingga proses menulisnya itu sendiri. Setelah naskah selesai, kita masih harus bersabar sampai naskah kita menjadi buku dan sampai di tangan pembaca. Setelah buku selesai dan dibaca penikmat buku, prosesnya belum juga selesai. Kita masih harus bersabar pada komentar atau kritikan terhadap buku kita

Nah, setelah kita mempunyai bekal untuk menulis, maka langkah selanjutnya yang harus kita lakukan adalah MENULIS. Mimpi jadi penulis hanya akan jadi mimpi jika kita tidak bersegera menulis. Tak perlu menunggu ilmu kita sempurna dulu, karena bisa dipastikan ilmu kita tidak akan mencapai kesempurnaan. Jadi menulislah, terus belajar, terus berproses menjadi lebih baik












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan