My New Book, Hidden Treasure
Telolet ... telolet ...tin ... tin ... suara
klakson bus pariwisata yang datang untuk menjemputku dan kawan-kawan. Hari
ini adalah hari yang sangat aku nantikan, kami akan melakukan camping bersama di Gunung Panderman. Tempat
yang menyuguhkan pemandangan yang indah, selama ini aku hanya mendengar cerita
dari internet dan kini aku akan melihat langsung keindahannya. Semenjak aku
ikut pramuka, ini adalah camping
pertama yang aku ikuti. Kami dibagi menjadi beberapa tim dan masing-masing tim
terdiri dari 3 orang. Aku, Arsya dan Alif berada di tim yang sama yakni tim
Kumbang.
Bus
melaju dengan kencang, sepanjang perjalanan kami bernyanyi, bermain
tebak-tebakan, dan melakukan stand up comedy untuk menepis kebosanan selama
diperjalanan. Tak terasa, setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 3 jam,
akhirnya kami sampai di desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Lokasi
perkemahan kami. Karena akses untuk sampai ke lokasi tujuan hanya bisa dilalui
dengan berjalan kaki, maka bus harus diparkir di perkampungan warga.
Setelah
berjalan kaki kurang lebih sekitar 1 km melewati hamparan kebun jeruk yang indah,
akhirnya kami tiba di Bumi Perkemahan Badengan. Perjalanan yang begitu jauh, ditambah harus berjalan kaki di medan yang cukup terjal, terbayar dengan
indahnya pemandangan di sekitar perkemahan. Rimbunnya pepohonan pinus, suara
gemericik air yang berasal dari air terjun Coban Brues, suara burung
yang berkicau, dan udara yang sejuk membuat suasana alami khas pegunungan itu
benar-benar terasa menentramkan hati.
Sesampainya
di lokasi bumi perkemahan, Kak Azzam mulai membagi beberapa titik untuk masing-masing
tim mendirikan tenda. Ya, kami akan bermalam selama 2 hari 1 malam. Dipandu
oleh Kak Azzam, kegiatan pertama kami adalah mendirikan tenda. Aku, Arsya dan
Alif berjalan menuju titik yang sudah ditentukan Kak Azzam untuk tim Kumbang.
Aku memastikan tempat yang datar terlebih dahulu setelah itu Arsya dan Alif
memasang tiang penyangga. Aku mengikat setiap tiang dengan tali menggunakan
pasak ke kiri dan ke kanan. Kemudian kami pasang tenda dengan menarik ujungnya
sampai kencang dan menghubungkannya dengan pasak. Tenda sudah berdiri dengan
kokoh, selanjutnya kami membuat parit di sekeliling tenda untuk aliran air jika
sewaktu-waktu hujan mengguyur bumi perkemahan. Tak lupa, kami taburkan bubuk
garam agar binatang melata tidak memasuki tenda kami.
Kegiatan
ke dua adalah lomba memasak antar tim. Setelah menempuh perjalanan yang cukup
panjang dan mendirikan tenda, kini saatnya kami mengisi perut dengan masakan
hasil karya sendiri. Bagaikan
koki, kami bertiga memasak dengan semangat. Bau harum menyeruak disekitar
tenda. Setelah omelet matang selanjutnya Arsya menyiapkan panci dan air
kemudian menuang sayuran beku dan bumbu soup instan. Alhamdulillah 45 menit
kemudian masakan kami matang dengan sempurna. Aku menengok tim lain yang sedang
sibuk memasak, suara peralatan masak beradu dengan kerasnya. Sambil menunggu
tim lain, aku dan Arsya mengambil air bersih di sungai dan Alif bertugas
menjaga tenda.
Sesampainya
di sungai, aku dan Arsya membasuh muka dan kepala. Sambil menikmati
dinginnya air sungai, aku mengisi galon 5 liter. Banyak sekali batu besar di sungai ini. Ada sesuatu yang menarik perhatianku, sebuah
botol kaca bening berisi sesuatu tersangkut di batu. Aku coba mengambil botol
itu, mencari tahu apa isi di dalamnya. Perlahan kubuka tutup botol, dan ternyata isinya
adalah secarik kertas buram. Aku amati coretan di atas kertas itu, gambar sebuah peta dengan tinta merah darah. Aku coba memahami peta tersebut namun tiba-tiba Arsya mengagetkanku,
âSerius
sekali Dim, peta apa itu?â
âEntahlah, Sya. Tadi aku menemukannya dalam sebuah botol yang tersangkut di batu.â
Ucapku sambil membolak-balik kertas.
âCoba
sini aku lihat.âArsya tiba-tiba menyahut kertas yang aku pegang.
âIni gambar aliran sungai, ini hutan,
sepertinya lokasi yang digambarkan tidak jauh dari sini, Dim.â Ucap Arsya yang
memang jago membaca peta.
âJangan-jangan
itu peta harta karun, Sya?â
âBisa
jadi, Dim. Ayo kita ikuti.â
âJangan
sekarang, Sya. Hari sudah siang dan sebentar lagi mau sore. Besok pagi saja waktu
acara mencari jejak. Kita berpencar dari tim lainâ
âCemerlang
sekali ide mu, Dim. Oke laksanakan!â
Dengan
rasa penasaran yang terpendam, aku menyimpan kertas itu di saku celana. Setelah
itu kami bergegas kembali ke tenda bersama Arsya untuk mengikuti kegiatan yang
sudah dipersiapkan oleh panitia. Senja berganti malam, api unggun mulai
dinyalakan. Acara yang cukup santai ini kami isi dengan kegiatan bernyanyi, bermain
gitar dan membakar jagung yang disediakan panitia. Sementara tim lain sedang
bersuka ria, Aku dan Arsya menceritakan kejadian penemuan peta kepada Alif.
Kami bertiga sepakat untuk mengikuti jejak yang ada di peta.
***
Apa kabar hari ini? Tetep semangat dong. Hari ini, aku juga bersemangat sekali, lo! Pagi tadi, seorang teman memberi kabar baik. Sebentar lagi, buku cernak (cerita anak) yang ke lima naik proses cetak. Setelah menunggu selama hampir lima bulan, akhirnya penantianku terjawab.
Buku ini berisi kumpulan cerita dengan tema "Hidden Treasure". Bahasa kerennya, harta yang terpendam. Namun, di dalam kumpulan cerita ini tidak melulu membahas tentang harta.Intinya adalah pencarian sesuatu yang berharga, penasaran?
Bapak-bapak, ibu-ibu, yang punya anak kecil.
Om-om, tante-tante, budhe, pakdhe, yang punya keponakan.
Mari kita tumbuhkan minat baca anak-anak kita dengan membiasakan membaca buku sejak dini.
Jangan sampai anak-anak menjadi generasi nol literasi.
Salah satunya adalah dengan mengadopsi buku yang penuh inspirasi ini.
Yukz, silahkan order.
Mumpung masih open PO.
Grab it fast!
Serunya berpetualang mencari harta karun đ
BalasHapusBetul sekali đ
Hapus