Kekasih Mas Hendra (Tamat)




"Oh, ya, kenalkan, Wid. Ini Miranda. Dia...."
"Istri keduamu?" air mataku menitik. Kuhapus kuat-kuat dengan sapu tanganku.
"Apa?" Mas Hendra memandangku bingung. Kening Miranda berkerut.
Kepalaku mulai berputar-putar, berdenyut-denyut. Konyol! mereka masih mencoba bersandiwara.

Tiba-tiba, kulihat wajah cerah Wawan, wakil Mas Hendra di kantor dengan seiikat bunga di tangannya.
"Halo!" sapanya riang. Tiba-tiba pula, kulihat Miranda begitu saja menghambur ke pelukan Wawan.
"Mas Hendrawan!" seru Miranda.  

Huh, perempuan murahan. Sundel kelas teri! Aku geram. Rupanya ia bisa dimiliki oleh semua lelaki yang....
"Istriku ... how i miss you!" seru Wawan seakan tidak peduli pada sekitar yang mulai memperhatikan kami.

Aku ternganga. Kutatap Mas Hendra, ia balik menatapku lekat.Sesaat ia tersenyum lebar dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi sampai Mas Hendra merengkuh dan mengajakku berlalu meninggalkan Wawan dan Miranda.

"Orang tua Wawan enggak setuju dia menikah dengan Miranda. Wawan meminta bantuanku untuk memberi penjelasan kepada mereka. Soal paket itu ..., Wawan kan masih tinggal sama orangtuanya, jadi dititipkan aku," kata Mas Hendra panjang lebar, "Oh ... ternyata istriku yang manis ini cemburu!"

Aku tersipu. Aku bahkan tidak ingat, kalau nama lengkap Wawan adalah Hendrawan Wicaksono, sedangkan suamiku yang baik ini, Robby Hendratmoko, jadi korban prasangka belaka.
"Kamu jadi kurus gara-gara cemburu, ya?"
"Siapa bilang aku kurus? Mas mau cari gara-gara lagi? Masih gendut begini, kok!"
"Sepertinya, kurusan...."
"Huh, ngeledek. Kelingkingnya kali ... Kamu suka sama yang kurus, yang langsing?"

Mas Hendra terkekeh, "Ya sudah, aku mau wudlu dulu," katanya kemudian.
Begitu Mas Hendra ke kamar mandi, segera aku bangkit dan berkaca. Benarkah aku kurusan? aku segera mengeluarkan timbangan untuk membuktikan ucapan Mas Hendra. Turun tiga kilo! Yuhuii ... terimakasih Tuhan, tapi ... masih kelihatan gemuk!

Aku berjingkat ke luar, bermaksud mengejutkan Mas Hendra. Namun, aku terpaku melihat Mas Hendra bersujud di atas sajadah. Ah, Mas Hendra.... 
Betapa beruntungnya aku!


------TAMAT------


#Tantanganodop3
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan