Zara, Si Sepatu Pesta




  
Zara adalah sepatu pesta berwarna biru, bagian belakangnya lebih tinggi beberapa centimeter, sedangkan bagian depan, dihiasi dengan manik-manik  batu permata berwarna putih dan sebuah pita kecil yang cantik. Ia baru saja datang di rumah sepatu bersama teman-temannya. Seorang wanita meletakkan Zara di sebuah rak bersebelahan dengan Bata, sepatu flat berwarna hitam polos dengan karet dibagian samping. Dengan mata yang bulat dan senyum yang lebar, Bata menyapa Zara. 
“Hai, perkenalkan nama aku Bata. Kamu cantik sekali. Nama kamu siapa?”
“Namaku, Zara. Salam kenal.”Zara membalas sapaan Bata dengan sombong.

Meskipun Zara bersikap tidak sopan, tapi Bata masih tetap baik dan ramah kepadanya. Beberapa waktu kemudian, seseorang membuka pintu rumah sepatu. Bata dan seaptu yang lain bersorak gembira. Itu artinya, mereka akan mendapat rumah baru.
“Lihat! Ada pengunjung datang. Semoga ada yang memilih kita ya, Zara." Kata bata bersemangat.
“Aku yakin, mereka pasti memilihku. Aku lebih cantik diantara sepatu-sepatu di rak ini. Tidak lama lagi aku pasti menempati rumah baru.” Ucap Zara angkuh.

Seorang gadis kecil menarik tangan papanya. Gadis itu berdiri di depan rak dimana Bata dan Zara berada. Telunjuknya bergerak ke kiri, ke kanan, atas, dan bawah bingung memilih sepatu. Hingga pada akhirnya, telunjuknya berhenti di hadapan Zara. 

Mata Zara berbinar, â€śHore … gadis kecil itu memilihku. Betul kan, apa yang aku bilang tadi? Aku tidak akan lama tinggal di rak toko ini. Selamat tinggal Bata jelek.”
"Selamat  tinggal, Zara. Selamat menempati rumah barumu. Sepertinya, aku masih harus tinggal di rumah sepatu ini," Bata tertunduk sedih. Wanita penjaga rumah sepatu memasukkan Zara ke dalam Kotak dan memberikannya kepada gadis kecil yang memilihnya.

Kayla dan Ayahnya sudah sampai di dalam rumah. Kayla membawa kotak sepatu Zara sambil memandang papanya. Papa memandang Kayla sambil tersenyum, â€śKayla, sepatu baru nya disimpan yang rapi, ya!” 
“Baik, Pa” balas gadis kecil itu sambil meletakkan Zara di lemari kaca, tempat Kayla menyimpan  koleksi sepatunya. 
Oh, jadi nama gadis kecil itu Kayla, batin Zara.

Kayla menutup pintu lemari kaca dan meninggalkan Zara bersama sepatu-sepatu lainnya. Wah, aku seperti tinggal di istana.  Sepatu-sepatu di lemari ini begitu indah dan menawan. Aku memang pantas berteman dengan mereka daripada Bata, gumam Zara dalam hati. Zara melihat teman-temannya. Dia tersenyum bahagia. 
“Hai, namaku Zara. Aku teman baru kalian. Salam kenal,” Sapa Zara kepada sepatu di sebelahnya. 

Keesokan hari, Kayla mengeluarkan Zara dari lemari kaca. Gadis kecil itu memakai baju pesta dan memakai Zara di kedua kakinya, lalu berdiri berputar-putar di depan cermin. Rupanya, ia akan mengajak Zara ke pesta ulang tahun temannya. Zara senang sekali. Ini adalah pengalaman pertamanya jalan-jalan. 

Kayla dan Zara berada disebuah pesta. Zara bertemu dengan banyak sepatu cantik dan tampan. Ia begitu senang. Pesta yang sangat meriah. Wow, sepatu-sepatu itu sangat cantik dan tampan. Mereka mengajakku menari. Aku senang berada di sini, batin Zara. Kayla terus menari dan menari hingga Zara merasa kelelahan dan tidak kuat lagi menari. 

Pesta telah usai. Kayla bergegas pulang membawa balon, topeng dan bingkisan ulang tahun dari temannya. Dia sangat senang, tapi tidak begitu dengan Zara. Wajah Zara terlihat pucat, matanya terpejam, dan tubuhnya pun lemas.

Sesampainya di rumah, Kayla melempar Zara di sudut ruangan. Zara merintih kesakitan. Dia menangis sesenggukan. Kayla tidak menghiraukan Zara. Dia terus saja bermain dengan balon dan topeng dari temanya.

Ketika sedang asyik berjalan, mama tersandung salah satu pasang sepatu Kayla. Mama mengambil Zara, mengamatinya lalu menanyakan kepada Kayla yang sedang duduk di sofa.
“Kayla, apa yang kamu lakukan dengan sepatu barumu? Kenapa sepatu ini rusak, Nak?” tanya seorang wanita berparas cantik berambut sebahu.
 â€śEntahlah, Ma. Aku hanya memakainya menari di pesta ulang temanku,” balas Kayla sambil tetap bermain dengan topengnya. Mama hanya menggeleng melihat tingkah gadis kecilnya itu. Sepeninggal mama, Kayla memungut Zara, tanpa rasa bersalah, ia meletakkannya di tong sampah di depan rumah. 

Saat Zara membuka mata, ia sangat terkejut. Dia sudah berada di tong sampah pinggir jalan. Zara menangis histeris, “tidak … Aku tidak mau berada di sini. Tempat ini jorok sekali.” Tiba-tiba Zara teringat saat berada di rak toko bersama temannya, Bata. Dia rindu sekali dengan Bata.

Ketika sedang Asyik melamun, ada seorang wanita pemulung membuka tong sampah dan mengangkat tubuh Zara. Di sebelah orang tersebut berdiri seorang gadis kecil berpakaian lusuh. Wanita pemulung itu memberikan Zara kepada gadis itu.
“Sekar, coba lihat! Sepatu ini cantik sekali. Kamu mau, Nak?” Gadis itu mengangguk dan tersenyum gembira.

Wanita pemulung dan anaknya berjalan bergandengan tangan menuju ke sebuah gubuk kayu. Tangan anak pemulung tersebut menjinjing Zara. Dalam jinjingan tangan anak pemulung, ia tampak sedih sekali melihat rumah yang akan ditempatinya. Zara merasa kecewa tinggal di sebuah gubuk kayu. Dia merasa tidak pantas tinggal di rumah anak pemulung itu.

Sekar berdiri sambil memperlihatkan Zara kepada ayahnya yang sedang duduk menikmati kopi.
“Ayah, sepatu ini cantik sekali. Tapi sayang bagian depannya menganga. Apakah ayah bisa bantu memperbaikinya?” ucap Sekar

“Coba Ayah Lihat." Sekar duduk di sebelah ayahnya sambil menyodorkan Zara. 
"Hm … bagian ini cukup di lem saja nanti pasti menutup kembali.” Ucap ayah Sekar sambil mengamati Zara.

Ayah Sekar mengoleskan lem di bagian depan yang menganga.  Sekar memperhatikan Ayahnya memperbaiki Zara. Setelah itu, Sekar meletakkan Zara di atas meja. Ada cermin duduk berbentuk bundar di samping Zara. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Sekarang aku merasa lebih baik dan penampilanku cantik kembali. Aku bersyukur anak pemulung itu memungutku, batin Zara ketika melihat pantulan dirinya di cermin.

Sekar mengajak Zara berjalan ke sekolah. Setiap sepulang sekolah, Sekar selalu membersihkan tubuh Zara dari debu jalanan dan meletakkannya di rak meja dengan baik. Sekar sayang sekali kepada Zara, begitu pun sebaliknya. Zara juga menyayangi sekar. Sejak saat itu Zara menjadi sepatu yang baik dan tidak sombong.

 ***


#TantanganODOP6
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan