Arti Hebat yang Sesungguhnya







Di sebuah pohon di tengah hutan, bertenggerlah dua ekor burung dari dua keluarga berbeda. Yang satu adalah seekor elang dengan tampang yang sangar sementara yang satunya lagi adalah seekor kenari manis. Sungguh keanehan memang melihat keduanya bertengger di satu pohon. Namun, si Elang memang sedang tidak ingin berburu dan ia hanya membuka obrolan dengan cerita-ceritanya yang menyombongkan diri sebagai burung terhebat di sejagad raya.

Kenari kecil yang tidak ingin cari masalah dengan Elang yang lebih gagah darinya, tentu berusaha untuk tidak membantah perkataan Elang. Namun, ternyata Kenari keceplosan memberikan nasehat kepada Elang agar tidak terlalu sombong, sebab sehebat-hebatnya dia dalam keluarga burung, masih ada lagi binatang dari keluarga lain yang lebih hebat, dan sehebat-hebatnya binatang tersebut, masih ada lagi makhluk-makhluk yang lebih hebat darinya. “Di atas langit masih ada langit,” kata Kenari meminjam istilah anak cucu Adam dan Hawa yang sering didengarnya saat lagi berkelana.

“Apa! Maksudmu, kau mau bilang bukan aku yang terhebat?” sanggah si Elang.

“Tentu kaulah yang terhebat, Elang.” Ujar Kenari sedikit takut, “tapi hanya di dalam keluarga unggas. Jadi alangkah baiknya jika kau tidak terlalu sombong. Apalagi tidak selamanya sesuatu itu dinilai dari seberapa kuat tenagamu atau seberapa gagah tubuhmu,” ujar Kenari  menambahkan.

“Lancang sekali kau, hei, Kenari kecil! Jangan hanya besar mulut saja kau di situ! Baiklah, aku ingin lihat apakah bualanmu tentang kekuatan tenaga dan gagahnya tubuh tidak ada nilainya itu benar apa adanya. Aku tantang kau!”

“Wahai, Elang yang perkasa, sungguh tidak berani aku yang kecil ini melawan dirimu,” ucap Kenari lirih

“Hah! Bukan hanya kecil kaupun penuh bualan rupanya, Kenari! Sudah tahu aku yang terhebat tapi masih tidak mau juga kau mengakuinya!”

Terpancing dengan kesombongan Elang dan ingin menyadarkannya, akhirnya Kenari pun menerima tantangan Elang.

“Baiklah, Elang! Tunjukkan kebolehanmu. Kau lihat anak Tupai yang sedang bersembunyi di balik semak-semak di sana itu?” ujar Kenari memulai duel mereka, “siapa di antara kita yang berhasil membawa anak Tupai itu ke atas pohon ini, maka dialah pemenangnya. Jika kau menang maka aku akan mengakui kehebatanmu yang tiada tara.”

“Hahahaha....” sontak Elang terbahak-bahak mendengar tantangan Kenari. “Kau menantangku siapa yang berhasil membawa anak Tupai itu ke atas pohon? Kau ini gila atau bodoh?” cibir Elang, “dengan badan sekecil itu, mana mampu kau mengalahkanku!”

Dimulailah duel mereka, Elang yang mencoba lebih dahulu untuk menangkap si anak Tupai. 

Dari atas Elang menukik dengan tajam mencoba menerkam anak Tupai, tapi anak Tupai yang cukup cekatan ini mampu menghindari terkaman Elang. Ia berhasil sembunyi lebih jauh ke dalam semak-semak. Dengan suara lantang yang menyeramkan, Elang berkoak-koak mencoba menakuti anak Tupai agar dia keluar dari tempat persembunyiannya. Dia gagal, si anak Tupai tertegun takut di persembunyiannya dan tidak berani bergerak sedikit pun.

Elang mencoba menyibak semak-semak agar bisa masuk dan menerkam anak Tupai tersebut. Namun, semak-semak itu terlalu lebat, semakin Elang mencoba menerjang masuk semakin tubuhnya justru terluka akibat goresan dahan. Setelah hampir dua jam tanpa hasil dan hanya kelelahan yang didapat, akhirnya Elang kembali ke pohon tempat Kenari menunggu.

“Tupai itu terlalu penakut! Memanfaatkan alam untuk melindunginya,” ujar Elang kesal dan Kenari hanya tersenyum-senyum mendengarnya.

“Kau lihat, Elang. Bahkan anak Tupai kecil pun mampu mengecohmu. Tidak selamanya semua dinilai dari kekuatan.”

“Tutup mulutmu, Kenari! Coba kau sendiri melakukannya, jika aku saja tidak sanggup apalagi dirimu! Ingin melucu kau rupanya,” hardik Elang.

“Baiklah, Elang. Aku akan pergi mencobanya sekarang.” Ujar Kenari sembari terbang pelan meninggalkan Elang,

Kenari hinggap di atas dahan pohon yang tidak jauh dari semak-semak tempat anak Tupai bersembunyi. Dari atas, Kenari mencoba memperhatikan ke semak-semak mencari si anak Tupai, dan benar saja... ia melihat anak Tupai sedang mengintip-intip keadaan di luar, rupanya ia sedang mencari tahu apakah Elang masih ada di luar atau sudah pergi.

Kenari mulai bersiul melantunkan nyanyiannya. Ia mencoba menarik perhatian anak Tupai dengan kemerduan suaranya.

Dari dalam semak-semak, anak Tupai bisa mendengarkan dengan jelas kicauan Kenari yang memang indah. “Suara apa itu? Indah sekali,” tanya Tupai penasaran. Ia pun semakin mendengarkan kicauan Kenari dengan seksama dan lambat laun ia terbuai dan terhipnotis karenanya.

Perlahan-lahan anak Tupai berjalan keluar dari persembunyiannya mencoba mencari asal suara indah itu. Ia sangat penasaran sekali rupanya!

Kenari yang memang terus memperhatikan si anak Tupai mulai tersenyum melihat pancingannya ternyata berhasil. Si anak Tupai yang tadinya takut dengan koaran suara Elang yang memekakkan telinga, kini telah terbuai dengan kicauan merdu Kenari dan telah keluar dari persembunyiannya.

Kenari terus menyanyikan lantunan nadanya sembari berpindah dari satu pohon ke pohon lain untuk terus memancing anak Tupai yang masih saja penasaran mencoba mencari asal suara indah yang didengarnya. Sampai akhirnya tiba juga Kenari di pohon tempat Elang menunggunya dengan gelisah.

Rupanya Elang dari jauh juga memperhatikan bahwa usaha Kenari ternyata membuahkan hasil. Dengan kicauan lembut nan indah Kenari, anak Tupai justru datang dengan sendirinya. Anak Tupai memanjat pohon tempat Kenari dan Elang bertengger. Dengan kemunculan anak Tupai di atas pohon, otomatis Kenari lah yang memenangkan tantangan ini. Si anak Tupai yang tidak tahu apa-apa, kebingungan mendapati Kenari tersenyum puas sementara di sisinya Elang memasang tampang kesal dan marah!

***

Hikmah Cerita :

Suara lantang, fisik yang besar, kuat, dan menakutkan, ternyata bukan itulah yang mampu membantu kita untuk menaklukkan lingkungan di sekitar.

Kehebatan yang sesungguhnya adalah kejelian dalam melihat peluang, kecerdasan berpikir untuk memlih celah keputusan terbaik yang bisa kita pilih, dan kelihaian memanfaatkan segala kelebihan dan kekurangan kita untuk melewati lika-liku perjalanan dan persaingan hidup.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Ibu Bekerja Atau Ibu Di Rumah

Menulis Novel Sejarah

Prof Dr Khoirul Anwar, Bapak Teknologi 4G

Perjalanan Dinas Yang Mengesankan Part 2

Teman Bahagia

ANAKKU, GURU KEHIDUPANKU

6 Rahasia Blue Sapphire yang Mempesona

Kekasih Mas Hendra (Lanjutan 1)

Kisah Monyet Nakal dan Tupai Pemaaf

Renungan, Momen di Setiap Sisi Kehidupan